Background
Metrotvnews.com, Filipina: Bencana Topan Haiyan yang baru saja meluluhlantakkan beberapa daerah di Filipina terus dibanjiri bantuan dari seluruh dunia. Namun, ada beberapa pihak yang khawatir dana bantuan tersebut justru tidak tepat sasaran.

Selama ini, masalah korupsi yang sudah berlangsung selama satu dekade menjadi sumber kekhawatiran banyak pihak. Salah seorang penasihat editorial untuk The Filipino Migrant News di Australia, Mel Fernandez, mengaku senang dengan bantuan yang datang. Hanya saja, dia khawatir bantuan justru masuk ke kantong pihak lain.

"Saya tidak mengada-ada. Kami senang dengan setiap sen uang ke orang-orang yang susah daripada harus tertahan," ujar Fernandez.

Lebih dari 270 juta dolar disumbangkan untuk membantu korban topan yang menewaskan sedikitnya 3976 jiwa dan menyebabkan hampir 1600 orang hilang itu.

Pemerintahan Presiden Benigno Aquino III pun sudah berjanji transparan terkait dengan penggunaan dana bantuan untuk pengeluaran rekonstruksi di daerah yang terkena dampak Topan Haiyan.

"Ada sesuatu yang mendesak bagi kita untuk memantau pergerakan dana bantuan asing untuk Yolanda (Haiyan) sehingga bantuan akan sampai tepat sasaran" kata Wakil Menteri Keuangan dan Manajemen, Richard Moya, dalam sebuah pernyataan untuk korban topan.

Keseriusan Presiden Benigno Aquino III melakukan transparansi ini dipicu adanya penyelewengan uang bencana alam yang dilakukan oleh pemerintah sebelumnya. Banyak uang yang seharusnya dipakai untuk memperbaiki fasilitas, namun sampai ke tangan yang tidak berhak.

Hal ini sendiri sedang diselidiki oleh pemerintah Filipina. Tetapi banyak warga terlanjur tidak percaya dan memilih untuk tidak memberikan bantuan ke pemerintah. Salah satu badan bantuan non pemerintah milik Australia, bahkan memiliki rantai pasokan sendiri dan mengumpulkan sumbangan secara langsung.

"Kami telah mengunjungi wilayah yang terkena topan, memberikan bantuan secara langsung dan merekan jumlah bantuan yang sudah sampai. ini selalu menjadi masalah kita bertanya, apakah uang itu sampai disana dan apakah sampai ke orang yang tepat?" ujar Kepala Eksekutif World Vision Selandia Baru, Chris Clarke. (AP)